Lombok Barat – Komisi II DPRD Lombok Barat, sidak Taman Narmada dan Taman Suranadi Desti asi favorit warga kecamatan Narmada yang tersirat banyak sejarah dan kekayaan cagar budayanya.
Dari sidak yang dipimpin langsung oleh ketua komisi II tersebut H. Husnan Wadi, di dampingi H. Jumahir, Haris Karnain, H. Hindri Suyana dan H. Sukur tersebut menemukan banyak sekali fasilitas yang terbengkalai dengan kondisi rusak parah.
H. Husnan menegaskan jika pemerintah daerah berencana mencari dan memaksimalkan destinasi wisata penyumbang PAD, namun kenyataannya destinasi yang sudah ada saja tidak diperhatikan belasan tahun di biarkan rusak parah.
“bagaimana mau meningkatkan PAD melalui wisata baru, sementara Destinasi yang sudah ada saja tidak pernah di perhatikan” tanya H. Husnan
Sebanyak 15 vila atau bangunan bersejarah yang konon katanya menjadi tempat peristirahatan gubenur Hindia Belanda kala itu, dari hasil penelusuran bangunan tersebut di bangun pada tahun 1938 namun kondisinya kini sangat memprihatinkan. DPRD mendesak pemerintah daerah untuk segera mengambil sikap untuk memperbaiki warisan budaya Belanda yang menyimpan banyak cerita sejarah tersebut.
“taman Narmada dan surenadi ini memiliki semua aspek dari airnya, sejarahnya hingga religiusitasnya ada” lanjut Husnan
Dirinya merinci Jika tidak ada alasan lagi, Pemda untuk tidak memperhatikan dua destinasi bersejarah di narmada itu, karena sudah nyata sumbangan PAD yang telah di hasilkan tinggal di tingkatkan.
“23 tahun destinasi ini tidak pernah di perhatikan dari masa ke masa pemimpin daerah sama saja kondisinya” tegasnya
Kendati jelas Husnan, adanya efisiensi namun karena hal ini adalah belanja modal maka, harusnya jadi prioritas pembangunan infrastruktur pendukung dan pemugaran supaya mampu menarik lebih banyak lagi wisatawan datang ke Narmada.
“Harus di perbaharui dong fasilitas yang sudah lama rusak ini supaya bisa bersaing dengan Desti asi serupa di Lobar” ungkapnya
Sementara itu, direktur tripat Eko Esti Santoso, menegaskan jika selama ini pihaknya telah mempu menyetorkan dividen kepada Pemda Lobar sebanyak 300 juta. Hak ini mampu meningkat jika saja infrastruktur wahana dan perbaikan dari fasilitas yang sudah lama rusak parah tersebut.
” Ya kami tentunya sudah melaporkan semua kondisinya kepada Pemda namun sampai dengan saat ini masih saja seperti ini” terangnya
Eko menjabarkan, bahwa pt. Tripat sendiri tidak mampu membenahi sendiri semua infrastruktur yang ada karena keterbatasan anggaran yang Mereka miliki sehingga sangat tergantung dari anggaran pemerintah daerah.
” Jujur kami tripat tidak mampu membiayai semua perbaikan dan semua kebutuhan revitalisasi dua taman ini” ucapnya
Saat ini baru Tourist Information center saja yang di bangun dengan bantuan dari pemerintah pusat, namun bangunan itu belum di gunakan karena belum di lakukan penyerahan. Sehingga kedepan kami harapkan bisa menggunakan bangunan tersebut.
” Baru bangunan tic saja yang sudah di bangun sisanya masih seperti ini” ujarnya
Eko juga menjelaskan jika sebelumnya 15 bangunan vila yang ada tersebut akan di restorasi namun harus di hancurkan terlebih dahulu, hal itu ternyata oleh para pemerhati budaya tidak di sarankan dan menginginkan kondisi bangunan semula di pertahankan namun dilakukan pemugaran dengan bentuk dan arsitektur semua.
” Dulu pernah mau di perbaiki atau di restorasi namun karena mau di hancurkan maka tidak di perbolehkan karena akan menghilangkan sejarah yang melekat pada bangunan peninggalan Belanda tersebut.” Ungkap Eko
DPRD Lobar melalui komisi II meminta Pemda supaya tidak pilih kasih dalam melakukan pembangunan karena narmada sebagai pusat budaya dan banyaknya situs sejarah harus mendapat perhatian karena merupakan gerbang masuk sebelah timur ke Lobar yang menyimpan banyak Destinasi yang jarang di maksimalkan oleh Pemda.